Di dalam Kitab Negarakertagama maupun Pararaton tidak disebutkan
adanya keturunan Bhre Lasem, hingga tidak dapat diketahui tentang
genealoginya. Meskipun demikian ada beberapa Bhre Lasem yang disebut
dalam Pararaton, yaitu Kusumawardhani yang dikenal sebagai Bhre Lasem
Sang Ahayu (Bhre Lasem yang cantik), Ia adalah putri Hayam Wuruk dari
permaisurinya yang bernama Paduka Sori, Putra Bhra Parameswara.
Kusumawardhani menikah dengan saudara sepupunya yang bernama
Wikramawardhana alias Bhra Hyang Wisesa. Wikramawardhana adalah anak
Dyah Nittaja, yaitu adik Hayam Wuruk yang kawin dengan Bhre Paguhan yang
bernama Singhawardhana. Kemudian ada lagi yang di sebut sebagai Bhre
Lasem yaitu Negarawardhani yang dikenal dengan sebutan Bhre Lasem sang
Alemu (Bhre Lasem yang gemuk). Ia adalah anak Bhre Pajang yang
diperistri oleh Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari selir. Setelah
itu disebut sebagai Bhre Lasem adalah putri Bhre Wirabhumi.
Dari Pararaton diketahui, Bhre Wirabhumi mempunyai 4 orang anak,
yaitu Bhre Pakembangan, Bhre Mataram yang diperistri oleh Bhre Tumapel,
dan Bhre Matahun. Lasem yang terakhir dikenal adalah anak Bhre Pandan
salas adalah seorang Raja Majapahit yang bergelar Bhre Pandan Salas Byah
Suraprabhawa Sri Singhawikra-mawardhana. Setelah itu tidak terdengar
kemunduran dan kejatuhan Kerajaan Majapahit pada abad ke-16.
Dewi Indu menurunkan Pangeran Badrawardhana, Pr. Badrawardhana
menurunkan Pangeran Wijayabadra, Pr. Wijayabadra menurunkan Pr.
Badranala. Ketiga keturunan Dewi Indu ini menjadi Adipati turun temurun
di Lasem, serta tetap menempati Keraton Indu di Kriyan.Pr. Badranala
kawin dengan Putri Campa yang bernama Bi Nang Ti, menurunkan dua putra,
bernama Pangeran Wirabajra dan Pangeran Santibadra.Sepeninggalan
Pr.Wirabajra putra pertama, tidak menempati lagi Keraton Kriyan,tetapi
pindah menempati bumi Bonang-Binangun,pada tahun Saka 1391 dekat dengan
tempat kubur ibunya di Teluk Regol. Sedang Puri Kriyan ditempati Pr.
Santibadra beserta istri anaknya hingga keturunannya.
Pangeran Wirabajra Menurunkan Pangeran Wiranagara yang ketika masih
kecil sudah belajar agama Rosul (Islam) di Ampelgading. Pada waktu
belakangan Wiranagara diambil menantu oleh Maulana Rakhmat Sunan
Ampelgading, dijodohkan dengan putrinya yang pertama yang bernama
Malokhah. Pr. Wiranagara kemudian menggantikan Ayahnya menjadi Adipati
Binangun, menjabat menjadi Adipati baru 5 tahun sudah meninggal, pada
tahun Saka 1401; Pemerintahan Kadipaten kemudian dipegang kemudinya oleh
putri Malokhah Janda Muda yang masih berusia 28 tahun, ketika itu sudah
mempunyai dua putra : yang pertama putri bernama Solikhah. Dan
bungsunya baru berumur 1 tahun sudah meninggal ketika ayahnya masih
hidup.
Putri Malokhah menjadi janda sampai meninggal dalam usia 39 tahun
sepeninggalan putri Malokhah penguasa Kadipaten Lasem kemudian dirangkap
oleh Dhang Puhawang Pangeran. Santipuspa, yang dibantu oleh adiknya
bernama Pangeran. Santiyago dan disuruh menempati Keraton Kadipaten di
Colegawan…(Sic) Kitab “Babad” Badrasanti menjelaskan penguasa Kadipaten
Lasem hingga dipegang oleh Bupati Sura Adimenggala III yang diangkat
oleh VOC dari Semarang.
Sampai disini berita tentang sejarah Lasem bisa diurutkan berdasarkan sumber tertulis, kemudian bagaimana kaitannya dengan Rembang?
Sampai disini berita tentang sejarah Lasem bisa diurutkan berdasarkan sumber tertulis, kemudian bagaimana kaitannya dengan Rembang?
Sumber: http://cbfmrembang.wordpress.com/2010/04/30/sunan-bonang-dan-putri-malokha/