Yinchuan
"Ahlan wa sahlan (selamat datang)," sambut Aisyah dengan
ramah. Lalu perempuan berkerudung merah jambu itu 'nyerocos' dalam
bahasa Arab.
Aisyah bukan orang Arab, melainkan seorang warga China dari etnis Hui. Etnis ini merupakan 1 dari 56 etnis di China, yang masuk kategori minoritas. Etnis Hui beragama Islam, termasuk Aisyah.
China memiliki luas 9,5 juta meter persegi dan merupakan negara terluas ketiga di dunia, setelah Rusia dan Kanada. Menurut sensus 2010, penduduknya 1,34 miliar terdiri dari 56 suku, suku terbesar adalah Han. Nah, dari penduduk sebanyak itu, 20 juta di antaranya beragama Islam yang mayoritas dipeluk etnis Hui.
Selain memiliki 23 provinsi, negeri raksasa itu juga memiliki 5 daerah otonomi yang berpenduduk etnis minoritas yaitu Xinjiang, Tibet, Mongolia Dalam, Guangxi dan Ningxia Hui.
Bagi Muslim Indonesia, Ningxia Hui -- kawasan terbesar di China yang dihuni suku Hui -- tentunya terasa memiliki ikatan emosional tersendiri. Sebab 34 persen dari 6,32 juta warga daerah otonom itu beragama Islam. Daerah otonom berhak mengatur pemerintahannya berdasar adat kebiasaan suku minoritas tersebut.
"Ningxia disebut provinsi Muslim di China," kata Haji Yusuf Suyang, Rektor Sekolah Tinggi Islam Ningxia, saat menerima wartawan detikcom, Kompas, The Jakarta Post, LKBN Antara dan TVRI, di kampusnya di Yinchuan, ibukota Ningxian, Jumat (16/3/2012). Kunjungan ini difasilitasi oleh Kemlu China, dalam rangka menyambut kedatangan Presiden SBY pada 22-24 Maret nanti.
Nah, Aisyah adalah pengajar bahasa Arab di sekolah tersebut. Sebagaimana pengajar di kampus tersebut, dia lihai berbahasa Arab, namun tidak bisa berbahasa Inggris.
Sekolah Tinggi Islam tersebut dibangun pada 1985 dan saat ini memiliki 400 mahasiswa yang belajar Alquran, Hadist, bahasa Arab, sejarah Islam, sejarah Hui, sejarah China, ekonomi, hukum, dsb.
Semuanya adalah pria dan tinggal di asrama mirip pesantren. Mereka hanya membayar SPP saja selama studi 4 tahun, sedangkan akomodasi ditanggung sekolah. Sekolah juga memberi beasiswa 100 persen kepada 200 imam masjid untuk belajar di situ.
Partai Komunis China yang berkuasa mengakui 5 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Tao dan Buddha. "Sejak Tiongkok berdiri, kepentingan Muslim dilindungi dan sudah masuk dalam UUD. Meski China negeri non-muslim, tapi kepentingan Muslim dilindungi pemerintah pusat dan lokal," kata Haji Yusuf Suyang.
Sekolah yang dipimpinnya tersebut berada di bawah pemerintah pusat namun dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Sekolah itu juga didukung oleh organisasi Islam dunia, seperti Bank Pembangunan Islam.
Sekolah bertugas mencetak tokoh-tokoh Muslim untuk membangun Muslim yang lain. "Lulusan dari sekolah ini akan ditugaskan di berbagai masjid," ujarnya.
Pemerintah pusat dan lokal secara berkala menggelontorkan dana kepada sekolah itu, termasuk menggaji para pengajar dan staf. Sekolah tersebut juga bekerja sama dengan institusi pendidikan asing, seperti Mesir dan Malaysia. "Kerja sama dengan Indonesia belum ada," ujarnya.
Sekolah tersebut hanya menerima mahasiswa pria, sedangkan bila ada wanita yang tertarik belajar Islam, maka bisa melanjutkan ke Universitas Ningxia yang memiliki jurusan agama Islam. "Dua saudara perempuan saya juga belajar di sana," kata Haji Yusuf Suyang.
Muslim setempat, kata dia, memiliki nama Islam selain nama China. Nama Islam itu lazimnya diberikan oleh imam masjid kepada bayi yang baru lahir. Misalnya Suyang yang mendapat nama Islam, Yusuf. Nama Islam diletakkan di depan, lalu disambung nama China.
Terkait pertumbuhan Muslim di Ningxia, Yusuf Suyang menceritakan, ketika RRT berdiri pada 1949, jumlah warga Ningxia 750 ribu orang dan sebanyak 400 ribu di antaranya beragama Islam. Ketika Ningxia Hui menjadi daerah otonomi pada 1958, jumlah penduduknya menjadi 1,5 juta. Sekarang, jumlah penduduk 6,3 juta dan 2,2 di antaranya Muslim (34%). "Jadi pemeluknya naik 3 kali lipat," ujarnya.
Yusuf Suyang juga mengajak wartawan memasuki sebuah kelas yang tengah belajar dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab. Sang dosen lalu menyuruh seorang mahasiswa unjuk kebolehan dengan membaca buku dalam bahasa Arab. Mahasiswa lainnya disuruh membaca Alquran. Mereka membaca dengan lancar.
Wakil Dirjen Hubungan Luar Negeri Ningxia Hui, Zhang Yexing, di tempat terpisah, menyatakan, sebagai daerah otonomi etnis minoritas, Ningxia Hui memiliki kebijakan yang harus disesuaikan dengan kebiasaan dan kebudayaan etnis minoritas tersebut, dalam hal ini suku Hui yang Muslim.
"Di China, 9 persen penduduk adalah etnis minoritas (sisanya etnis Han). Meski hanya 9 persen, namun itu cukup besar karena China memiliki penduduk yang besar. Pemerintah China memperhatikan keharmonisan. Etnis minoritas justru menikmati kebijakan yang lebih menguntungkan dibanding etnis Han," paparnya.
Pejabat di daerah otonomi tersebut, harus berasal dari etnis minoritas tersebut. Misalnya saja, Ketua Daerah Otonomi Ningxua Hui (setara gubernur), beragama Islam. Demikian juga Walikota Yinchuan, ibukota Ningxia Hui, juga beragama Islam.
Region seluas 66.400 meter persegi ini memiliki musim dingin yang panjang yaitu 6 bulan. Hawa terdingin pada bulan Januari berkisar minus 10 derajat Celcius dan terhangat 24 derajat Celcius. Meski dingin, angin terasa kering yang membawa debu-debu dari gurun pasir.
"Kami memiliki 4.000 masjid. Jadi kalau Muslim Indonesia ke sini, silakan salat dengan leluasa," undang Zhang sembari tersenyum.
Hmm....tampaknya Ningxia Hui cocok menjadi tujuan wisata Muslim Anda di liburan mendatang.
Aisyah bukan orang Arab, melainkan seorang warga China dari etnis Hui. Etnis ini merupakan 1 dari 56 etnis di China, yang masuk kategori minoritas. Etnis Hui beragama Islam, termasuk Aisyah.
China memiliki luas 9,5 juta meter persegi dan merupakan negara terluas ketiga di dunia, setelah Rusia dan Kanada. Menurut sensus 2010, penduduknya 1,34 miliar terdiri dari 56 suku, suku terbesar adalah Han. Nah, dari penduduk sebanyak itu, 20 juta di antaranya beragama Islam yang mayoritas dipeluk etnis Hui.
Selain memiliki 23 provinsi, negeri raksasa itu juga memiliki 5 daerah otonomi yang berpenduduk etnis minoritas yaitu Xinjiang, Tibet, Mongolia Dalam, Guangxi dan Ningxia Hui.
Bagi Muslim Indonesia, Ningxia Hui -- kawasan terbesar di China yang dihuni suku Hui -- tentunya terasa memiliki ikatan emosional tersendiri. Sebab 34 persen dari 6,32 juta warga daerah otonom itu beragama Islam. Daerah otonom berhak mengatur pemerintahannya berdasar adat kebiasaan suku minoritas tersebut.
"Ningxia disebut provinsi Muslim di China," kata Haji Yusuf Suyang, Rektor Sekolah Tinggi Islam Ningxia, saat menerima wartawan detikcom, Kompas, The Jakarta Post, LKBN Antara dan TVRI, di kampusnya di Yinchuan, ibukota Ningxian, Jumat (16/3/2012). Kunjungan ini difasilitasi oleh Kemlu China, dalam rangka menyambut kedatangan Presiden SBY pada 22-24 Maret nanti.
Nah, Aisyah adalah pengajar bahasa Arab di sekolah tersebut. Sebagaimana pengajar di kampus tersebut, dia lihai berbahasa Arab, namun tidak bisa berbahasa Inggris.
Sekolah Tinggi Islam tersebut dibangun pada 1985 dan saat ini memiliki 400 mahasiswa yang belajar Alquran, Hadist, bahasa Arab, sejarah Islam, sejarah Hui, sejarah China, ekonomi, hukum, dsb.
Semuanya adalah pria dan tinggal di asrama mirip pesantren. Mereka hanya membayar SPP saja selama studi 4 tahun, sedangkan akomodasi ditanggung sekolah. Sekolah juga memberi beasiswa 100 persen kepada 200 imam masjid untuk belajar di situ.
Partai Komunis China yang berkuasa mengakui 5 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Tao dan Buddha. "Sejak Tiongkok berdiri, kepentingan Muslim dilindungi dan sudah masuk dalam UUD. Meski China negeri non-muslim, tapi kepentingan Muslim dilindungi pemerintah pusat dan lokal," kata Haji Yusuf Suyang.
Sekolah yang dipimpinnya tersebut berada di bawah pemerintah pusat namun dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Sekolah itu juga didukung oleh organisasi Islam dunia, seperti Bank Pembangunan Islam.
Sekolah bertugas mencetak tokoh-tokoh Muslim untuk membangun Muslim yang lain. "Lulusan dari sekolah ini akan ditugaskan di berbagai masjid," ujarnya.
Pemerintah pusat dan lokal secara berkala menggelontorkan dana kepada sekolah itu, termasuk menggaji para pengajar dan staf. Sekolah tersebut juga bekerja sama dengan institusi pendidikan asing, seperti Mesir dan Malaysia. "Kerja sama dengan Indonesia belum ada," ujarnya.
Sekolah tersebut hanya menerima mahasiswa pria, sedangkan bila ada wanita yang tertarik belajar Islam, maka bisa melanjutkan ke Universitas Ningxia yang memiliki jurusan agama Islam. "Dua saudara perempuan saya juga belajar di sana," kata Haji Yusuf Suyang.
Muslim setempat, kata dia, memiliki nama Islam selain nama China. Nama Islam itu lazimnya diberikan oleh imam masjid kepada bayi yang baru lahir. Misalnya Suyang yang mendapat nama Islam, Yusuf. Nama Islam diletakkan di depan, lalu disambung nama China.
Terkait pertumbuhan Muslim di Ningxia, Yusuf Suyang menceritakan, ketika RRT berdiri pada 1949, jumlah warga Ningxia 750 ribu orang dan sebanyak 400 ribu di antaranya beragama Islam. Ketika Ningxia Hui menjadi daerah otonomi pada 1958, jumlah penduduknya menjadi 1,5 juta. Sekarang, jumlah penduduk 6,3 juta dan 2,2 di antaranya Muslim (34%). "Jadi pemeluknya naik 3 kali lipat," ujarnya.
Yusuf Suyang juga mengajak wartawan memasuki sebuah kelas yang tengah belajar dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab. Sang dosen lalu menyuruh seorang mahasiswa unjuk kebolehan dengan membaca buku dalam bahasa Arab. Mahasiswa lainnya disuruh membaca Alquran. Mereka membaca dengan lancar.
Wakil Dirjen Hubungan Luar Negeri Ningxia Hui, Zhang Yexing, di tempat terpisah, menyatakan, sebagai daerah otonomi etnis minoritas, Ningxia Hui memiliki kebijakan yang harus disesuaikan dengan kebiasaan dan kebudayaan etnis minoritas tersebut, dalam hal ini suku Hui yang Muslim.
"Di China, 9 persen penduduk adalah etnis minoritas (sisanya etnis Han). Meski hanya 9 persen, namun itu cukup besar karena China memiliki penduduk yang besar. Pemerintah China memperhatikan keharmonisan. Etnis minoritas justru menikmati kebijakan yang lebih menguntungkan dibanding etnis Han," paparnya.
Pejabat di daerah otonomi tersebut, harus berasal dari etnis minoritas tersebut. Misalnya saja, Ketua Daerah Otonomi Ningxua Hui (setara gubernur), beragama Islam. Demikian juga Walikota Yinchuan, ibukota Ningxia Hui, juga beragama Islam.
Region seluas 66.400 meter persegi ini memiliki musim dingin yang panjang yaitu 6 bulan. Hawa terdingin pada bulan Januari berkisar minus 10 derajat Celcius dan terhangat 24 derajat Celcius. Meski dingin, angin terasa kering yang membawa debu-debu dari gurun pasir.
"Kami memiliki 4.000 masjid. Jadi kalau Muslim Indonesia ke sini, silakan salat dengan leluasa," undang Zhang sembari tersenyum.
Hmm....tampaknya Ningxia Hui cocok menjadi tujuan wisata Muslim Anda di liburan mendatang.