Rangkuman Laporan Rahasia Residen Portman


Rangkuman Laporan Poortman dari Catatan Klenteng Sam Po Khong Semarang & Talang


Uraian Ringkasan Laporan Poortman kurang lebih seperti di bawah ini dan telah kami beri tambahan penjelasan dari sumber lain.

1405 - 1425 Armada Tiongkok dinasti Ming di bawah Laksamana Haji Sam Po Bo (Ceng Ho) berada di perairan Asia Tenggara. Pada 1415 menara mercu suar dibangun di Gunung Jati oleh Kung Wu Ping (Sam Po Bo alias Cheng Ho) keturunan dari Kung Hu Cu. Di Sembung, Sirindil, dan Talang dibentuk masyarakat muslim Tionghoa.

1407 (Atas permintaan majapahit) Armada Tiongkok Laksamana Sam Po Bo membebaskan Kukang (wilayah
Palembang) yang sudah turun temurun menjadi sarang perampok orang-orang Tionghoa non muslim dari Hokkian. Cen Cu Yi, kepala perampok, ditawan dan dihukum mati di Peking. Didibentuk masyarakat Tionghoa muslim pertama di Kukang. Pada tahun itu pula, dibentuk masyarakat muslim Tionghoa di Sambas, Kalimantan.

1413 Armada Lasamana Sam Po Bo singgah di
Semarang selama satu bulan untuk perbaikan kapal. Sam Po Bo, Ma Huan, dan Fe Tsin sering sekali datang ke masjid Tionghoa Hanafi di Semarang untuk melakukan sembahyang. Bong Tak Keng (kakek Sunan Ampel) di tempatkan di Campa. Bong Tak Keng menempatkan Haji Gan Eng Cu di Manila (Filipina).

1423 Haji Gan Eng Cu (Aria Teja) dipindahkan ke Jawa kemudian karena jasanya diberi gelar A Lu Ya (Aria) oleh Raja Majapahit Su King Ta (Rani Suhita) yang memerintah pada tahun 1427-1447.

1424 - 1449 M Hong Fu ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok untuk Majapahit. Ma Hong Fu adalah menantu Bong Tak Keng.

1425 - 1431 Laksamana Sam Po Bo diangkat menjadi gubernur di
Nan King otomatis sebagai Wali Raja Tiongkok. Di masjid Hanafi di Semarang diadakan sembahyang hajat dan doa selamat untuk Sam Po Bo.

1430 Laksamana Sam Po Bo merebut Tu Ma Pan di Jawa Timur dan menyerahkan daerah itu kepada raja Su King Ta (Rani Suhita). Gang Eng Wan, saudara Gan Eng Cu (ayah Sunan Kalijaga) dijadikan gubernur di Tu Ma Pan, ialah Bupati pertama majapahit yang beragama Islam.

1431 Laksamana sam Po Bo wafat. Masyarakat Tionghoa muslim di Semarang melakukan sholat gaib.

1436 Haji Gan Eng Cu pergi ke Tiongkok menghadap Kaisar Yang Yu. Kaisar Yang Yu memberikan kepada haji Gan Eng Cu tingkatan dan pakaian Mandarin Besar lengkap dengan tanda pangkat (tanda penghargaan) berupa ikat pinggang emas.

1443 Swan Liong kepala pabrik mesiu di
Semarang ditempatkan oleh Haji Gan Eng Cu sebagai Kapten Cina di Kukang (Palembang) yang sering diserang oleh bajak laut Tionghoa non muslim.

1445 Bong Swi Ho (Raden Rahmat atau Sunan Ampel) diperbantukan kepada Swan Liong di Kukang. Bong Swi Ho adalah cucu dari Haji Bong Tak Keng di Campa.

1446 Bong Swi Ho singgah di masyarakat Tionghoa muslim di Semarang.

1447 Bong Swi Ho menikah dengan putri Gan Eng Cu di Tuban (sehingga menjadi kakak ipar Gan Si Cang atau Raden Said alias Sunan kalijaga).

1447 - 1451 Bong Swi Ho ditugaskan oleh Gan Eng Cu ke Bangil /muara Brantas Kiri (kali Porong).

1448 Bupati Gan Eng Wan (Tumenggung Wilatikta atau Aria Suganda) terbunuh oleh orang-orang Hindu Jawa dalam kerusuhan di Tu Ma Pan.

1449 Duta Besar Tiongkok Haji Ma Hong Fu singgah ke
Semarang dalam perjalanan kembali ke Tiongkok. Istri Ma Hong Fu telah wafat dan dimakamkan secara islam di Majapahit.

1450 - 1475 Kekuasaan dinasti Ming telah merosot, armada Tiongkok tidak pernah datang lagi ke Majapahit. Perkembangan Islam turut merosot pula, banyak masjid yang berubah menjadi Klenteng lengkap dengan Patung Demi God Sam Po Kong di setiap mimbarnya. Masjid di Sirindil sudah menjadi pertapaan, masjid di Talang menjadi klenteng Sam Po Kong. Sebaliknya, perkembangan Islam di Sembung maju pesat. Haji Bong Tak Keng dan Haji Gan Eng Cu wafat, Bong Swi Ho berinisiatif mengambil alih koordinasi dakwah Islam di Jawa, Kukang, dan Sambas, tanpa berhubungan lagi dengan Tiongkok. Bong Swi Ho mengganti bahasa komunikasi Tiongkok dengan bahasa Jawa.

1451 Campa yang beragama Islam Hanafi direbut oleh orang beragama Budha dari Sing Fu An (Pnom Penh). Bong Swi Ho pindah ke Ngampel.

1451 - 1457 Sepeninggal Bong Swi Ho, masjid di Jiaotung (Bangil) berubah menjadi Klenteng, orang Jawa muslim di
sana masih sangat sedikit. Masyarakat Jawa muslim mulai terbentuk di Ngampel dan semakin kuat hingga ke Madura. Koordinasi dengan Tuban, Kukang, dan Sambas tetap terjalin.

1445 Kota Jiaotung hilang dilanda banjir. Pelayaran kali Porong menjadi sepi.

1456 - 1474 Swan Liong di Kukang membesarkan dua orang peranakan Tionghoa yang lahir dari ibu Tionghoa, yakni Jin Bun yang katanya anak dari Kung Ta Bu Mi dan Kin San (Jin Bun adalah anak Prabu Kertabumi yang lebih dikenal dengan nama Raden Fatah, sedangkan Kin San adalah saudara seibu Jin Bun yang dikenal juga dengan nama Husein atau Kusen).

1474 Jin Bun dan Kin San singgah di Masjid Hanafi Semarang dalam perjalanan menemui Bong Swi Ho di Ngampel. Dalam Masjid Hanafi Semarang, Jin Bun menangis melihat ada patung Sam Po Kong di dalamnya. Ia berdoa semoga dapat mendirikan masjid yang tidak akan lagi berubah menjadi Klenteng di Semarang.

1475 Jin Bun ditempatkan oleh Bong Swi Ho di daerah tak bertuan di sebelah timur
Semarang. Jin Bun mendapat tugas membentuk masyarakat muslim baru sebagai pengganti masyarakat muslim Tionghoa di Semarang yang telah murtad. Kin San diperintah menjadi barisan kelima di Majapahit karena sepeninggal Ma Hong Fu tidak ada lagi sumber berita bagi orang Tionghoa. Kin San melamar ke Majapahit dengan menunjukkan keahliannya membuat mercon (petasan) yang amat disukai Prabu Kertabumi.

1475 - 1518 Dengan tangan besi Jin Bun menjadi penguasa di Demak yang baru menjadi kerajaan Islam.

1447 Jin Bun menguasai
semarang dengan kekuatan 1.000 orang pasukan berani mati. Jin Bun mendahulukan Klenteng Sam Po Kong dan tidak membunuh muslim Tiongkok yang telah murtad. Orang Tiongkok non muslim Semarang mendukung kerajaan Islam Demak. Atas permintaan Bong Swi Ho, raja Kung Ta Bu Mi (Kertabumi) mengangkat Jin Bun sebagai bupati Bing To Lo (Bintara) yang berkedudukan di Demak dengan nama Pangeran Jin Bun. Jin Bun menghadap Kertabumi dan diakui oleh Kertabumi sebagai anaknya.

1478 Bong Swi Ho wafat di Ngampel. Jin Bun tidak melayat ke Ngampel namun dengan pasukannya merebut pedalaman Jawa, sedangkan Bong Swi Ho seumur hidup tidak pernah mengizinkan penggunaan senjata terhadap orang-orang Jawa yang masih beragama Hindu. Jin Bun menaklukkan Majapahit. Kung Ta Bu Mi (Kertabumi) ditawan dan dibawa ke Demakan diperlakukan dengan sangat hormat selaku ayahnya. Jin Bun memerintahkan mendirikan masjid yang baru di
Semarang.

1478 - 1529 Kin San selama setengah abad menjadi Bupati Semarang yang sangat toleran menjadi bapak rakyat, melindungi segala bangsa dan agama. Gan Si Cang (Raden Said alias Sunan kalijaga), seorang putra yang murtad dari mendiang Haji Gan Eng Cu, ditunjuk sebagai kapten Cina non muslim di Semarang. Kin San dan Gan Si Cang mendirikan kembali penggergajian kayu dan galangan kapal yang telah tiga turunan ditinggalkan, sisa peninggalan Sam Po Bo.

1479 Seorang putra (Bong Ang atau Sunan Bonang, anak Bong Swi Ho) dan seorang bekas murid Bong Swi Ho (Sunan Giri) datang melihat-lihat galangan kapal dan klenteng sam Po Bo di Semarang. Mereka berdua tidak pandai bahasa Tionghoa.

1481 Atas permintaan tukang-tukang di galangan kapal, Gan Si Cang memohon kepada Kin San agar masyarakat Tionghoa non muslim diperbolehkan secara sukarela membatu penyelesaian Masjid Demak. Permintaan tersebut dikabulkan oleh Jin Bun.

1488 Pa Bu Ta La (Prabu Daha atau Batara Prabu Girindrawardana), seorang menantu dari Kung Ta bu Mi (Kertabumi) menjadi Bupati Majapahit yang beragama Hindu. Majapahit menjadi kerajaan bawahan Demak.

1509 Yat Sun (Pati Unus), seorang putra dari Jin Bun, mendampingi Kin San di galangan kapal
Semarang. Pembuatan kapal dilipatgandakan karena Yat Sun katanya hendak merebut Moa Lok Sa (Malaka) dengan armada Demak.

1512 Yat Sun sangat tergesa-gesa menyerang Moa Lok Sa yang sudah direbut oleh orang-orang biadab berambut merah dan yang mempunyai senjata-senjata api jarak jauh.

1513 Seorang bangsa Ta Cih bernama Ta Jik Su, kapalnya rusak dan diperbaiki di galangan kapal
semarang. Ja Tik Su diantar Kin San serta Yat Sun ke Demak. Kapal model Ta Jik Su ditiru untuk memperbesar kecepatan dari kapal-kapal besar model jung Tiongkok.

1517 Atas undangan Pa Bu Ta la orang-orang biadab dari Moa Lok Sa (Portugis) datang berdagang dengan orang-orang Majapahit. Jin Bun untuk kali kedua menyerang Majapahit.
Kota dan Keraton habis, tapi Pa Bu Ta La dan keluarga tetap menjadi bupati di Majapahit karena salah satu istri Pa Bu T La adalah adik bungsu Jin Bun sendiri.

1518 Jin Bun wafat dalam usia 63 tahun.

1518 - 1521 Yat Sun (Pati Unus) memerintah selaku raja di Demak. Pati Unus memiliki 3 putra lelaki, yang pertama Pangeran Seda Lepen alias Raden Kikin, yang tengah bernama Trenggono (Tung Ka Lo), dan yang bungsu bernama Pangeran Timur (Toh A Bo).

1521 Yat Sun menyerang Moa Lok Sa kembali. Yat Sun wafat. Terjadi huru-hara tentang penggantinya di Demak. Pa Bu Ta La melakukan hubungan dengan Moa Lok Sa dan Tiongkok.

1521 - 1546 Tung Ka Lo (Trenggono) menjadi raja di Demak.

1526 Kin San yang sudah tua namun pandai berbahasa Tiongkok bersama Panglima Demak Toh A Bo dikirim ke Sembung (
Cirebon) untuk menundukkan orang-orang Tionghoa. Dari Talang pergi ke Sirindil dimana Haji Tan Eng Hoat keturunan Hokkian, imam Sembung, sedang melakukan tapa. Di Sembung, Tan Eng Hoat diberi gelar atas nama raja Demak berbunyi Mu La Na Fu Di Li Ha Na Fi (Maulana Ifdil Hanafi). Tentara Demak satu bulan bertamu pada Tan Eng Hoat.

1527 Pa Bu Ta La wafat. Panglima Toh A Bo (Sunan Gunung Jati), seorang putra Tung Ka Lo, dengan tentara Demak menduduki kraton Majapahit. Putra-putri Tung Ka Lo tak bersedia masuk Islam dan melarikan diri ke Pasuruan dan Panarukan. Pada tahun yang sama Demak menyerbu wilayah Pajajaran di Banten yang akan dijadikan markas Portugis (Ayatrohaedi, 2006).

1529 Kin San wafat dalam usia 74. Jenazahnya diantar ke Demak. Ikut seluruh penduduk
Semarang yang muslim maupun non muslim.

1529 - 1546 Muk Ming (Sunan Prawoto, anak Trenggono atau Tung Ka Lo) menggantikan Kin San.

1541 - 1546 Dengan bantuan masyarakat Tionghoa non muslim, Muk Ming menyelesaikan 1.000 kapal jung besar yang masing-masing memuat 400 orang prajurit. Tung Ka Lo hendak merebut pulau-pulau rempah di laut timur.

1546 Tung Ka Lo menyerbu ke timur. Tung Ka Lo wafat. Muk Ming naik tahta. Tentara Ji Pang Kang (pasukan dari Jipang dipimpin Arya Penangsang, cucu Jin Bun dari Raden Kikin atau Pangeran Seda Lepen, anak sulung Jin Bun) merebut Demak. Ji Pang Kang adalah juga cucu Jin Bun. Perang saudara di Demak. Kecuali masjid, seluruh keraton dan
kota Demak musnah. Tentara Muk Ming terdesak mundur dan bertahan di galangan kapal Semarang. Galangan kapal habis dibakar tentara Ji Pang Kang. Muk Ming wafat beserta putranya. Tentara Ji Pang diserang pula oleh tentara Peng King Kang (Jaka Tingkir dari Pengging, Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggono yang juga cucu Adipati Dayaningrat). Ji Pang Kang wafat. Peng King Kang mendirikan kerajaan di pedalaman (Pajang). Habis riwayat raja-raja Islam turunan Tionghoa/Yunan di Demak. Galangan kapal di Semarang tidak dibuka kembali.

1552 Panglima tentara Demak (Toh A Bo) setelah seperempat abad datang lagi ke Sembung sendiri tanpa pasukan hendak bertapa di Sirindil, yang membuat heran Tan Eng Hoat. Tan Eng Hoat kecewa dengan perang saudara di Demak. Tan Eng Hoat meminta kepada bekas Panglima Demak untuk membimbing umat muslim di Sembung dan mendirikan kesultanan seperti Jin Bun. Walau sudah tua, bekas Panglima Demak setuju.

1552 - 1570 Dengan bantuan umat Tionghoa di Sembung, berdiri kesultanan
Cirebon dengan kedudukan di kraton Kasepuhan yang sekarang dengan sultan bekas Panglima Demak. Sembung ditinggalkan dan menjadi kuburan Islam. Penduduk Sembung boyong sedesa dengan nama-nama Islam. Laporan Poortman ini bertentangan dengan cerita yang selama ini dipercaya, seperti yang ditulis Djamhur dkk (2006) bahwa pendiri Cirebon (yang identik dengan Tan Eng Hoat) adalah Pangeran Cakrabuana alias Walangsungsang alias Kiansantang, putra Prabu Siliwangi. Sedangkan Sunan Gunung Jati yang menjadi raja pertama Cirebon adalah anak dari Larasantang yang berarti keponakan dari Walangsungsang dari ayah keturunan Arab, bukan Pati Unus yang berdarah Tiongkok.

1553 Sultan Cirebon yang sudah tua menikah dengan putri Tan Eng Hoat. Pernikahan dikawal kemenakan yang masih muda bernama Tan Sam Cai.

1553 - 1564 Tan Eng Hoat dengan nama Pangeran Adipati Wirasenjaya menjadi vice
roy bawahan kesultanan Cirebon yang banyak jasanya dalam pengembangan Islam di daerah Priangan Timur hingga Garut.

1564 Tan Eng Hoat wafat dalam ekspedisi ke Galuh yang beragama Hindu. Jenazahnya dimakamkan di sebuah pulau di tengah danau di Garut. Pada masa ini menurut Ayatrohaedi (2005), kerajaan Galuh telah bergabung kembali dengan kerajaan Sunda dan Kawali karena hubungan perkawinan dengan nama kerajaan baru Pajajaran. Galuh sendiri berubah menjadi kerajaan bawahan setingkat kadipaten. Menurut Saleh Danasasmita (2006) dalam 'Mencari Gerbang Pakuan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda' sehubungan dengan perkembangan kerajaan Islam di Majapahit, pusat kerajaan Pajajaran telah pindah dari Kawali yang dekat dengan Cirebon ke Pakuan yang terletak di sekitar Bogor.

1570 Sultan Cirebon yang pertama wafat dan digantikan oleh putranya yang lahir dari putri Cina. Karena raja masih belia, maka diwakilkan oleh Tan Sam Cai, suami dari Nurleila binti Abdullah Nazir Loa Sek Cong.

Pustaka

Muljana, Slamet. 2009. Runtuhnya Kerajaan Hindu - Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Cetakan ke-7. Penerbit PT LKiS Printing Cemerlang.
Yogyakarta

Ekadjati, Edi. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Penerbit PT Dunia Pustaka
Jaya.
Jakarta

Ayatrohaedi. 2005. Sundakala : Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah
Panitia Wangsakerta Cirebon
. Penerbit PT Dunia Pustaka Jaya.
Jakarta

Djamhur, Ibrahim, dan Yakin. 2007. Jejak Langkah Islam di Depok : Kembali ke Akar
sejarah kembali ke Sumber Syariah
. Penerbit Majelis Ulama
Indonesia Kota Depok. Depok


Hasil terjemahan Google :

Lādēng fǎ tǎ hè, dì yīgè guówáng de dàn mù, yuánmíng jiào jìn bǔ ń. Jìn bǔ ń shì mǎn zhě bóyí guówáng Kertabumi qīzi shuí mìngmíng de bān cóng xiānggǎng lái de shāngrén zhōng zǐ gōngsī guówáng de érzi. Chéngnián hòu, jìn bǔ ń zōngjiào xuéxí, shèhuì gōngzuò jú fèng hé yòu míng lādēng lā mǎ tèbié míng yóu
kǎn pà sū nán Ampel(jiǎnpǔzhài) shì fèng jìng, zhàn pó guówáng de sūnzi. Shèhuì gōngzuò jú zài 1445 nián fèng hé bàifǎng le tā de gūgū shì shuí yě cóng lìng yīgè qīzi, jí értóng de mǎn zhě bóyí guówáng Wikrawardana huò chénxiāng shítǐ (wáng huánghòu Kusumawardani Hayam qīzi wú lǔ kè,Wikrawardana yǒu yīgè míng wèi lā ní Suhita shuí chéngwéi guówáng Kertabumi qián guówáng de érzi). Zài Java de tǔdì, fèng hé shèhuì gōngzuò jú yǔ gān é ń tóng (yòu míng yǒngtàndiào tè hā huò nà mǔ zǐnǚ yǐ hūn), shì mǎnílā qián shèzhèng (fēilǜbīn) yǐ zài tú bān shēng rù Ngabei, shuí yěshì gàn sì cāng yòu míng lādēng shuō huò sū nán Kalijaga fùqīn. Tóngshí, gān é ń tóng gēgē zhè yě yìwèi zhe duì sì gān gān tiě ń shūshu míng jiào cāng yòu míng wéi lā wān (), bèi rènmìng wèi shèzhèng wáng de tú bān yòng xīn de míngchēng tú méng gòng Wilatikta. Tú méng gòng Wilatikta shì mǎn zhě bóyí dì yī shèzhèng shuí shì mùsīlín.

Mǎn zhě bóyí yǔ zhōngguó zhèyàng de qīnmì guānxì, shǐ zìyóu yuànyì bāngzhù zhōngguó'ānquán'mǎn zhě bóyí guówáng shì fēicháng huānyíng. Zhōngguó hǎijūn shíxiàn sānbǎo bǎi (zhèng hé) zài 1402 nián shǐ zhè xiàng jùyǒu tèshū shǐmìng de yīsīlán jiào zài dōngnányà, tèbié shì yìndùníxīyà chuánbò ānquán yuánzhù rènwù. Zài yīsīlán zōngjiào de mànyán, sānbǎo bǎi shèjí zhǒngzú de mùsīlín guānyuán Tionghoa mǎn zhě bóyí, shuí fāshēng zài tāmen xǔduō rén réngrán xiāngguān (jiātíng guānxì) yǔ zhōngguó guānyuán. Yīncǐ, zài mǎn zhě bóyí shuì de tǒngzhì, tóngshí yùnxíng de rènwù, zhè shì yóu yīsīlán xuānjiào Tionghoa xiétiáo hǎijūn shàng jiàng zài zhè zhǒng qíngkuàng xià shì sānbǎo bǎi.

Yīncǐ, miáoshù piànduàn Poortman bàogào zuòwéi bù lài advies zài 1928 nián hélán dōng yìndù zhèngfǔ, miáoshù zài 13 shìjì de Tionghoa mínzú yīsīlán jiào de chuánbò gòngxiàn, bìng zài gāi qúndǎo, nàlǐ de zhōuzhǎng sōng gē zuòyòng fēicháng zhànlüè dì 14 wèi. Duìyú dà duōshù rén lái shuō, xìnxī tí dào zhōuzhǎng sōng gē shì Tionghoa kěnéng chéngwéi yīgè xīn de zhīshì.

1964 Nián chūbǎn le yī běnmíng wèi yēhéhuá de yǐ shūmiàn ráo. Mangaraja Onggang Parlindungan, shuí zài fùlù zhōng yǒu guānyú mínzú de yīsīlán jiào Tionghoa 14 shìjì hé 15 rì zài gāi qúndǎo de gòngxiàn chuánbò de zhòngyào xìnxī shì cóng Poortman láiyuán. 1928 Nián Poortman yǔ zuòwéi hé shǔ dōng yìndù zhímíndì zhīfǔ le sōuchá, jiéguǒ jiǎnhuò de nénglì de zhòngyào jìlù, tèbié shì cóng kōng xiàn sānbǎo miào sānbǎo lǒng (zhōng zhǎowā) hé luòshuǐguǎn (jǐng lǐ wèn, xī zhǎowā). Yǒurén shuō, jìlù cóng sānbǎo lǒng sìmiào yīyàng sān liàng tǎnkè chē hé yīxiē chāoguò 400 suì duō kòuyā. Shénme shì dōng gū ráo jiàoshòu de shūmiàn sìhū xīyǐn Bóshì Sī lā méi Muljana shuí ránhòu gēn jìn yánjiū hé chūbǎn gōngzuò zài ān ā bó měiguó zài dōngfāng guójì dàhuì yú 1967 nián le, hòulái zài 1968 nián chūbǎn de shū. Suīrán Muljana bèi kāndēng zài 20 shìjì 60 niándài, ér shì Tionghoa mínzú de gòngxiàn, nǔ shā dēng jiā lā shí sān zhì shí sì shìjì yīsīlán jiào de chuánbò xiězuò jīnglì le'jìnzhǐ'hé jìnzhǐ jiàng zài xīn zhìxù zhèngquán gōngbù, yīncǐ, shìmín zhǐ néng kàn dào tā yòu zài 2005 nián kāishǐ, méiguī Jǐn zhǐshì yīgè zǒngjié.

Zhèngrú tā zìjǐ jiěshì Poortman zài qí bàogào zhōng zhǐchū, sānbǎo qīng kǒng tǎ sōusuǒ yǔ fēnpèi, yǐ quèbǎo fǎ tǎ hè lādēng de xiāoxi,
sūdān de dàn mù dì yī, shì zhǒngzú de míngchēng Tionghoa jìn bù ń mìmì rènwù kāishǐ. Qiǎohé de shì zài 1928 nián yóu gòngchǎndǎng rén de zhèngzhì instbilitas, shuí ránhòu zuòwéi Poortman jièkǒu mòshōu jiàshǐ fāshēng zài jǐ gè sìmiào de wénjiàn, tèbié shì sānbǎo qīng kǒng tǎ zài sānbǎo lǒng hé páishuǐ gōu, cǐqián yǐ zhī de bǎotǎ, bǎotǎ yòng lái jìlù Yǒuguān bǎotǎ zhòngyào de shìjiàn.

Guānyú tā Poortman yán jiù bàogào, mùqián cúnfàng zài guójiā gōng lài sī wéi kè, hélán. Suīrán cóng sānbǎo qīng kǒng tǎ jiǎnhuò 1928 nián yuán wénjiàn de cúnzài, shì cónglái méiyǒu tí dào tā de cúnzài.

Xiàmiàn wǒmen liè chū le cóng jìlù Poortman sānbǎo qīng kǒng tǎ qǔdé de yīxiē bàogào, dàn xūyào qiángdiào de shì, suīrán yǐ zài 1967 nián zài yīgè shèhuì huà de guójì lùntán, dàn bèi xiě rù yǐxià réng shì zhuānjiā men jìnyībù yánjiū cáiliào. Zhè sìhū shì yīgè lìshǐ de gēnyuán réngrán xūyào duì yuán shǒugǎo de cúnzài zhèngmíng cóng sān pú gǎng miào mòshōu, shènzhì zhèngmíng jūmín Poortman shùzì wèi lìshǐ rénwù.

Zǒngjié bàogào zhùyì shān mǔ qīng kǒng tǎ sānbǎo lǒng hé luòshuǐguǎn bǎo Poortman

Zhāiyào huò duō huò shǎo xiàng xiàmiàn miáoshù Poortman, bìng jǐyǔ wǒmen cóng qítā láiyuán de bǔchōng shuōmíng.

1405 Nián zhì 1425 nián míngcháo zhōngguó jiànduì zài dōngnányà shuǐyù shàng jiàng xià sānbǎo bǎi cháoshèng zhě (céng shì hé). Zài 1415 nián de dēngtǎ tǎ jiàn zài shān yòumù yóu gōng wú pī ń (sānbǎo bǎi yòu míng zhèng) gōng hú zuò hòuyì. Zài Sembung,Sirindil, jiànlì hé luòshuǐguǎn mùsīlín shèqū nǔlì.

1407 Nián (zài yāoqiú mǎn zhě bóyí) jiànduì sīlìng sānbǎo bǎi zhōngguó shìfàng (jù gǎng dìqū) yǐ chéngwéi zéi wō shìxí cóng fújiàn Tionghoa nàxiē fēi mùsīlín lǎn hóu. Tóng cén yì, qiángdào tóu, zài
běijīng zhuāhuò bìng pànchǔ sǐxíng. Tionghoa Didibentuk dì yīgè mùsīlín de lǎn hóu. Tóngnián,Tionghoa mùsīlín shèqū sāng bā sī, jiālǐ màn dān chénglì.

Ā mǎdá 1413 Lasamana sānbǎo bǎi tíng zài le yīgè yuè sānbǎo lǒng wéixiū chuán. Sān pú bō, mǎ huan, tiě zhēn lái, wǎngwǎng zài sānbǎo lǒng Tionghoa hā nà fēi qīngzhēnsì jìnxíng qídǎo. Bāng wú jìng (sū nán Ampel zǔfù) fàngzhì zài zhàn pó. Bāng wú hā jí gān kē ń gōngchéng jiāng tóng (sū nán Kalijaga fùqīn zài mǎnílā)(fēilǜbīn).

Cháojìn 1423 gān é ń tóng (yǒngtàndiào tè hā), ránhòu yídòng, yīnwèi tā de fúwù,Java shì jǐyǔ de mǎn zhě bóyí guówáng sù tā (lā ní Suhita) shuí zài wèilái de 1427 nián zhì 1447 nián zài wèi de guówáng shì ā lù (yǒngtàndiào) chēnghào.

1424 Nián zhì 1449 nián gōngyuán kāngfù zhù zhōngguó dàshǐ, zuòwéi mǎn zhě bóyí. Mǎ kāngfù bùshì fèng gēng fǎ.

1425 Nián zhì 1431 nián sānbǎo bǎi shàojiàng bèi rènmìng wèi nán jǐng, zhōngguó zìdòng shì zhǎng wáng shěng zhǎng. Zài hā nà fēi zài sānbǎo lǒng, jǔxíng qídǎo, qídǎo páiniào zhùhè sānbǎo bǎi qīngzhēnsì.

1430 Shàng jiàng sānbǎo bǎi túmǒ pān dōng zhǎowā dìqū cháhuò bìng tíjiāo gěi guówáng sù tā guówáng (lā ní Suhita). Yīng wàngāng, gān é ń tóng qīnshǔ (sū nán Kalijaga fùqīn) bèi yòng lái zuòwéi pān mǒ tu zhōuzhǎng, shì dì yīgè shèzhèng mǎn zhě bóyí mùsīlín de yǐngxiǎng.

1431 Nián hǎijūn shàng jiàng pú bǎishān mǔ sǐwáng. Tionghoa mùsīlín zuòwéi biǎoyǎn móshù sānbǎo lǒng.

Cháojìn 1436 gān é ń tóng dào zhōngguó de huángdì yáng yú. Huángdì yáng yú gān é ń cháoshèng sòng gěi tóng shuǐpíng yǔ dà qípáo yǔ jiānzhāng (huòjiǎng) zài jīn yāodài de xíngshì wánchéng.

1443 Nián zhìdì tiāné tóu dànyào chǎng de cháoshèng zhě gān ā ń tóng yǐ zuòwéi zhōngguó de lǎn hóu (jù gǎng), zhè shì jīngcháng bèi hǎidào Tionghoa fēi mùsīlín xíjí duìzhǎng sānbǎo lǒng.

Shèhuì gōngzuò jú 1445 bāng háo (lādēng lā mǎ tè huò sū nán Ampel) jièdiào dào tiāné lǎn hóu zhìdì. Shèhuì gōngzuò jú fèng hé jiùshì hā jíbāng kēng
kǎn pà méiyǒu sūnzi.

Shèhuì gōngzuò jú 1446 nián fèng hé mùsīlín Tionghoa tíngliú zài sānbǎo lǒng.

Shèhuì gōngzuò jú 1447 nián jiéhūn, zài hé fèng tú bān de gān ó ń tóng nǚér (chéngwéi xiōngdì jiěmèi Gan sì cāng huò lādēng shuō biémíng sù nán Kalijaga).

1447 Nián zhì 1451 nián fèng hé shèhuì gōngzuò jú wěituō, yǐ bāng yì ěr gān ó ń tóng/bù lán tǎ sī hé zuǒ (cì bō lóng hékǒu).

1448 Nián shèzhèng yīng gān wán (tú méng gòng Wilatikta huò yǒngtàndiào Suganda) bèi shā sǐ zài zhǎowā tu ma fàn sāoluàn yìndù jiàotú.

1449 Nián de zhōngguó hā jí má kāngfù dàshǐ tíng xiàlái de fāngshì huí dào zhōngguó sānbǎo lǒng. Mǎ kāngfù de qīzi yǐjīng qùshì, bèi ānzàng zài yīsīlán jiào zhōng mǎn zhě bóyí.

1450 Zhì 1475 nián yǐ xiàjiàng le míngdài de quánlì, zhōngguó de jī duì zài yě méiyǒu huílái de mǎn zhě bóyí. Yīsīlán fāzhǎn yěyǒu suǒ xiàjiàng, xǔduō qīngzhēnsì, miàoyǔ, yī zhuàn sān pú gǎng de shàngdì zài měi yīgè jiǎngtán diāoxiàng wánchéng. Zài Sirindil qīngzhēnsì yǐjīng yǐnjū, zài yīngōu lǐ yīzuò qīngzhēnsì, yǐ sān gǎng sì. Xiāngfǎn, yīsīlán jiào zài Sembung fāzhǎn fánróng. Bāng de cháoshèng hé cháoshèng gān ē ń gōngchéng tóng sǐwáng, hé fèng shèhuì gōngzuò jú zhǔdòng jiēguǎn Java zhōng, lǎn hóu yīsīlán xuānjiào xiétiáo, sāng bā sī, bù zài yǔ zhōngguó xiāngguān. Fèng hé shèhuì gōngzuò jú yǔ zhōngguó qǔdài Java yǔyán de gōutōng yǔyán.

Kǎn pà 1451 hā nà fēi mùsīlín fúlǔ xīng fu guǎng (Pnom jīnbiān) de fójiào rénshì. Fèng hé bān dào Ngampel shèhuì gōngzuò jú.

1451 - Shèhuì gōngzuò jú hòu, hé fèng, zài Jiaotung qīngzhēnsì (bāng yì ěr) shìshì 1457 nián biàn chéng le jìngguó shénshè, zài zhǎowā de mùsīlín réngrán yǒu fēicháng xiǎo de. Zhǎowā de mùsīlín shèhuì kāishǐ xíngchéng Ngampel, zhízhì dào mǎ dū lā yuè lái yuè qiáng. Pèihé tú bān, lǎn hóu, hé sāng bā sī réngrán jiūchán zài yīqǐ.

1445 Chéngshì Jiaotung shīzōng yānmò. Fēngfān shídài bō lóng chéngwéi huāngliáng.

1456 Nián zhì 1474 nián tiāné zhìdì zài lǎn hóu tǔshēng huárén fǔyǎng liǎng gèrén shì cóng mǔqīn Tionghoa chūshēng de, jí tā shuō, jìn pū ń de mǐ hébù shè jiànxīn (jìn bo ń érzi shì wáng Kertabumi ér zǐ gēng hǎo de míngzì lādēng fǎ tǎ hè chūmíng, ér jiànxīn Jìn bǔ ń wǒ mǔqīn de érzi shì shuí yě bèi chēng wèi zǐmèi hóu sài yīn huò kuàngjià).

1474 Zhuōwén xuān yǔ jiàn hǎibīn xīn tíngliú zài sānbǎo lǒng hā nà fēi qīngzhēnsì de lùshàng kàn dào Ngampel shèhuì gōngzuò jú fèng hé. Zài hā nà fēi zài sānbǎo lǒng qīngzhēnsì, jìn bǎo ń kū kàn dào tā shān mǔ pú gǎng de diāoxiàng. Tā qídǎo de qīngzhēnsì, kě jiàn, bù huì bèi zàicì chéngwéi yīgè zài sānbǎo lǒng miào dǎkāi.

1475 Nián yóu hé hǎibīn fèng jīn zài shèhuì gōngzuò jú fāchū de wú rén dìdài dōngbù de sānbǎo lǒng. Jìn bǔ ń jiànyú xíngchéng zuòwéi zài sānbǎo lǒng Tionghoa shuí yě tìdài zhuǎnhuàn yīgè xīn de mùsīlín shèhuì mùsīlín shèhuì de rènwù. Jiànxīn cáijué hòu, mǎ kāngfù sǐ zài mǎn zhě bóyí dì wǔ liè, yīn wéi bù zài yǒuyī zé xīnwén wéi rénmín xīnqín de láiyuán. Jiànxīn shēnqǐng mǎn zhě bóyí, yǐ xiǎnshì tā de jìnéng, shǐ bàozhú (yānhuā) fēicháng shòu huānyíng guówáng Kertabumi.

1475 - Yǐ tiěwàn hǎibīn jīn zài 1518 nián cheng wèi dàn mù yīsīlán wángguó de xīn tǒngzhì zhě.

Jìn bǔ ń zhǎngwò sānbǎo lǒng rénmín de lìliàng yǔ yǒnggǎn de bùduì 1000 1447 sǐwáng. Jìn bǔ ń sānbǎo miào zài xiānggǎng hé zhōngguó de yōuxiān cìxù méiyǒu shā mùsīlín shuí yǐ zhuǎnhuàn. Zhōngguó de fēi mùsīlín rénmín zhīchí de dàn mù, sānbǎo lǒng yīsīlán wángguó. Zài shèhuì gōngzuò jú fèng hé, yāoqiú dàgōngbào wángbomì (Kertabumi) rènmìng wèi shèzhèng Bing jìn bǔ ń luō (zhuānkē) shuí shì jūzhù zài dàn mù, yǔ wángzǐ jìn bù ń míngchēng. Jìn bǔ ń miànlín Kertabumi hé Kertabumi quèrèn wéi yīgè háizi.

Shèhuì gōngzuò jú 1478 nián fèng hé sǐ yú Ngampel. Jìn bǔ ń méiyǒu xǐng lái Ngampel dàn tā de bùduì zhànlǐng le zhǎowā nèibù, ér shèhuì gōngzuò jú fèng hé yīshēng cóng wèi yǔnxǔ duì wǔqì shǐyòng Java de rén réngrán yìndùjiào. Jìn bǔ ń mǎn zhě bóyí zhēngfú. Zònghéng tán má mì (Kertabumi)Demakan zhuāhuò, bìng cǎiqǔ jiāng zuòwéi tā de fùqīn fēicháng zūnzhòng duìdài. Jìn bǔ ń xiàlìng chénglì yīgè xīn de qīngzhēnsì zài sānbǎo lǒng.

1478 Nián zhì 1529 nián shèng jiàn bàn gè shìjì shì fēicháng kuānróng de sānbǎo lǒng shèzhèng chéngwéi rénmín de fùqīn, bǎohù gè mínzú hé zōngjiào. Gān sī cāng (lādēng shuō biémíng sù nán Kalijaga) shì yǐ gù de hā jí cóng gān é ń tóng pàn jiào de érzi, bèi rènmìng wèi de fēi mùsīlín zhōng de duìzhǎng zài sānbǎo lǒng. Jiànxīn hé gàn sì cāng chóngxīn jiànlì jù mù chǎng hé bèi yíqì 3 yǎnshēng wù chuánchǎng, sānbǎo bǎi de yíhái.

1479 Nián yīgè er zi (fèng áng huò sù nán bāng nányáng, érzi hé fèng shèhuì gōngzuò jú) hé yīgè cóngqián de xuéshēng shèhuì gōngzuò jú fèng hé (sū nán jílǐ) lái jiàn chuánchǎng hé zài sānbǎo lǒng sānbǎo bǎi bǎotǎ. Tāmen liǎng gè dōu bùshì zài yǔyán hǎo xīnkǔ.

Zài chuánchǎng de jiànshè zhě zài 1481 nián yāoqiú, gàn sì cāng jiànxīn, yǐ xīyǐn fēi mùsīlín bèi yǔnxǔ Tionghoa zìyuàn jiějué xià dāi dàn mù qīngzhēnsì. Qǐngqiú bèi shòuyǔ jìn bǔ ń.

1488 Bù bà dà xiānggélǐlā (Prabu Prabu dá hā huò ba tǎ lā Girindrawardana),1 mǐ fǔ de dàgōngbào (Kertabumi) de nǚér chéngwéi shèzhèng yìndùjiào mǎn zhě bóyí. Mǎn zhě bóyí wángguó xiàshǔ chéngwéi dàn mù.

Sūn zhōngshān 1509(pà dì liánhéguó dàxué), yīgè er zi de jìn bū ń, xiézhù shèng jiàn sānbǎo lǒng de chuánchǎng. Zàochuán yī bèi, yīnwèi tā xiǎng zhuā zhù yīgè chēduì de dàn mù sūn zhōngshān yào sà mó yǎ (mǎliùjiǎ).

1512 Nián sūn zhōngshān zài jíyú jìngōng lè sà mó yǎ bèi yěmán rén shuí yǒngyǒu cháng jùlí wǔqì huǒ hóngsè de tóufǎ hé bèi fú.

1513 Nián yīgè mínzú suǒwèi tà tà CIH bìngdú jì sū, chuánbó yǐ sǔnhuài, zài sānbǎo lǒng chuánchǎng xiūlǐ. Sīfǎ jīgòu zhèngwù chángdí sū jiànxīn, bìng péitóng sūn zhōngshān dàn mù. Chuánbó jì sù tuò fùzhì móxíng lái kuòdà róng móxíng de zhōngguó dàxíng chuánbó de sùdù.

Zài mǎ dà bà 1517 nián tā yāoqǐng yóu lè sà mó yǎ (pútáoyá) yěmán rén lái dào màoyì yǔ mǎn zhě bóyí de rén. Hǎibīn jìn gōngjí dì èr cì mǎn zhě bóyí. Shì hé gōng wánchéng, dàn bù bà dà xiānggélǐlā hé jiātíng réngrán zài mǎn zhě bóyí shèzhèng zuòwéi fūrén de T lā bà de qīzi shì zuìxiǎo de dìdì jìn bǔ ń zìjǐ.

Hǎibīn jīn xiànnián 63 suì sǐ yú 1518 nián.

1518 Nián zhì 1521 nián rì xīn (pà dì liánhéguó dàxué) zài wèi wèi dàn mù wáng. Pà dì liánhéguó dàxué yǒusān gè nánrén, érzi shì shuí shǒuxiān lái péngsāidá yòu míng wángzǐ lādēng Kikin, shuí bèi rènmìng wèi Trenggono(jiā tóngluówān), zuìxiǎo de jiào dōng (dùlìbīng jiǎ bō) wángzǐ.

1521 Nián sūn zhōngshān yào sà mó yǎ zàicì xíjí. Sūn zhōngshān qùshì. Bàodòng fāshēng zài dàn mù, duì tā de jìrèn zhě. Bù lā dà bà tóng lè sà mó yǎ yǔ zhōngguó de jiēchù.

1521 Nián zhì 1546 nián jiā tóngluówān (Trenggono) chéngwéi guówáng de dàn mù.

1526 Nián zài yǔ zhōngguó de dàn mù zhǐhuī guān shuō shèng jiàn suì, dàn réngrán shì yīgè hǎo bó sòng wǎng Sembung(jǐng lǐ wèn) zhēngfú rénmín de nǔlì. Cóng tiān gōu dì dìfāng qù Sirindil hā jí tán ā ń Hoat fújiàn hòuyì,Sembung jìsī, zài zuò chànhuǐ. Zài Sembung, tán ā ń Hoat dédào jiànyú zài dàn mù guówáng de míngzì biāotí nèiróng zuòzhě Fi de mù lán nuó xià linuóhuá fù (máolā Ifdil hā nà fēi). Dàn mù yīgè yuè láifǎng bùduì zài tán ā ń Hoat.

1527 Nián mǎ dà lā bà sǐwáng. Zhǐhuī guān dùlìbīng jiǎ bō (sū nán gǔ nóng jiǎ dì),1 jiā luō dōng de érzi, yǔ dàn mù jūnduì zhànlǐng le mǎn zhě bóyí de gōngdiàn. Érzi hé nǚér jiā tóngluówān bù yuànyì guī yī yīsīlán jiào, bìng táo dào yán wàng hé ba nà lǔ gàn. Tóngnián dàn mù gōngjí wàn dān dìqū zǒngbù, jiāng chéngwéi pútáoyá (Ayatrohaedi,2006 nián)Pajajaran.

Jiànxīn zài 1529 nián 74 suì qùshì. Tā de yítǐ bèi hùsòng zhì dàn mù. Ànzhào suǒyǒu jūmín de sānbǎo lǒng, mùsīlín hé fēi mùsīlín.

1529 Nián zhì 1546 nián mù míng (sù nán pǔ lā wò tuō, értóng Trenggono huò jiā tóngluówān) qǔdài jiànxīn.

1541 Nián zhì 1546 nián suí zhe fēi mùsīlín bāngzhù Tionghoa, sūnmùróng wánchéng le 1000 gè dàxíng chuánzhī, qízhōng bāokuò měi 400 míng shìbīng. Luō jiā dòng qù bǔzhuō hǎizhōng de xiāngliào qúndǎo dōngbù.

Luō jiā dòng rùqīn 1546 dōng miàn. Luō jiā dòng de sǐwáng. Mù rì dēngjī. Páng kāngjìjūn (yóu bùduì lǐngdǎo cóng jí pān gǔ Penangsang ālǐ yǎ, duì lādēng jìn bǔ ń sāi dá lái péng Kikin huò wángzǐ, zhǎngzǐ jìn bǔ ń ér zǐ sūnzi) jiǎnhuò dàn mù. Páng jǐ jìn kāng yěshì hǎibīn de sūnzi. Zài dàn mù nèizhàn. Chúfēi qīngzhēnsì, zhěnggè gōngdiàn hé dàn mù zhèn xiāohuǐ. Sūn tán bīng tuī hòu, liú zài sānbǎo lǒng chuánchǎng. Shìbīng fénshāo zàochuán chǎng jī kāng xiānshēng. Sūn mù hé tā de érzi sǐ le. Páng jǐ shìbīng yě yóu wángkāngpéng (fù Pengging Jaka Tingkir jūnduì de xíjí, jiékè shì
sūdān Trenggono Tingkir nǚér shuí yěshì dù kè Dayaningrat sūnzi). Páng kāng jí de sǐwáng. Jǐng kāng péng chénglì le zài nèidì (Pajang) wángguó. Jīngguò yīsīlán guówáng zài lìshǐ shàng chǎnshēng dàn mù Tionghoa/yúnnán. Zài sānbǎo lǒng chuánchǎng bù chóng kāi.

1552 Nián zhǐhuī guān de dàn mù jūnduì (dùlìbīng jiǎ bō)25 shìjì hòu huílái Sembung zìjǐ bù dǎsuàn zài Sirindil bùduì, shuí tújí tán ē ń Hoat jiānjìn. Tán ē ń Hoat shīwàng, zài dàn mù nèizhàn. Tán ē ń Hoat yāoqiú dàn mùqián zhǐhuī guān de zhǐdǎo Sembung mùsīlín, bìng chénglì le yǐ jìn bū ń
sūdān guó. Suīrán lǎo, dàn mùqián zhǐhuī guān de tóngyì.

1552 - Suí zhe zài Sembung Tionghoa bāngzhù 1570 rén, jīngshòu zhù le jǐng lǐ wèn huánggōng dào zài tóng sūdān de dàn mùqián zhǐhuī guān dāngqián Kasepuhan lìchǎng. Ài nà xiāng yíqì, chéngwéi yīgè mùsīlín mùdì. Tóngcūn de rénkǒu Sembung libóyǒng yǔ yīsīlán míngzì. Poortman bàogào yǐjīng wéibèi le xìnrèn de gùshì, zuòwéi shūmiàn Djamhur děng rén (2006) biǎoshì, jǐng lǐ wèn chuàngshǐ rén (yǔ tán ē ń Hoat wánquán xiāngtóng) shì Cakrabuana yòu míng yòu míng Walangsungsang Kiansantang wángzǐ, guówáng Siliwangi érzi. Yǔ cǐ tóngshí, sū nán gǔ nóng jiǎ dì shuí chéngwéi jǐng lǐ wèn de dì yīgè guówáng shì yīgè píngjūn Larasantang Walangsungsang ālābó xuètǒng lái zì fùqīn de zhízi, ér bùshì xuèxīng pà dì liánhéguó dàxué de zhōngguó háizi.

1553 Nián
sūdān de jǐng lǐ wèn suì de nǚér jià gěi tán ā ń Hoat. Niánqīng de zhízi de hūnlǐ hùsòng yīgè míng wèi tán sā fǔ cài.

1553 Nián zhì 1564 nián tán ē ń Hoat yǔ wángzǐ de míngzì chéngwéi fù luō yī gōngjué Wirasenjaya xǔduō fúwù de jǐng lǐ wèn xiàshǔ
sūdān guó zài dōngyà dìqū, tāmen dōu shì yá lǜ Priangan zài yīsīlán fāzhǎn.

Tán ē ń 1564 Hoat guójí sǐ zài yìndùjiào de yuǎnzhēng. Tā de yítǐ bèi máizàng zài yīgè zài hú xīn dǎo shàng de tāmen dōu shì yá lǜ. Zài cǐ gēnjù Ayatrohaedi qíjiān (2005 nián), wángguó yǐ chóngxīn jiārù guójí xùn tā de wángguó,Kawali yīn wéi hūnyīn guānxì de yīgè xīn de wángguó Pajajaran. Guójí běnshēn biàn chéng le yīgè huángjiā gōngguó xiàshǔ de shuǐpíng. Jù sà lì hè Danasasmita(2006) zài'xúnzhǎo Pakuan mén, guānyú qítā yánjiū xùn wénhuà zài yǔ yīsīlán jiào zài mǎn zhě bóyí wángguó fāzhǎn fāngmiàn, gāi zhōngxīn yǐjīng cóng huángjiā Pajajaran Kawali jiējìn jǐng lǐ wèn dào Pakuan wèiyú mào wù zuǒyòu.

Jǐng lǐ wèn zài 1570 nián dì yī
sūdān qùshì, yóu tā de érzi shuí shì lái zì zhōngguó de nǚér chūshēng de chénggōng. Yóuyú guówáng hái niánqīng, tā de dàibiǎo shì shān mǔ tán cái, ā bo dù lā de Nurleila bīn tè nà qí ěr nà luò ā shí gǎng cóng fu.


Selanjutnya....